Monthly Archives: April, 2013

Konsumsi domestik bisa dorong pertumbuhan ekonomi 6,6 persen


MERDEKA.COM, Laporan Komite Ekonomi Nasional (KEN) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2013 akan mencapai 6,1 – 6,6 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan didukung oleh tingginya konsumsi dan investasi.

“Pada tahun 2013 perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh bahkan lebih cepat di bandingkan dengan pada tahun 2012,” tulis Ketua KEN Chairul Tanjung dalam laporan KEN.

Angka pertumbuhan pada tahun 2013 diperkirakan akan lebih cepat dibandingkan angka pertumbuhan ekonomi 2012. Laju pertumbuhan di atas 6 persen akan terjadi di setiap triwulan pada tahun 2013.

“Batas atas akan tercapai bila kondisi perekonomian global mengalami perbaikan yang lebih dari perkiraan. Sedangkan pertumbuhan hanya akan berada pada batas kisaran tersebut, bila Eropa belum dapat keluar dari resesi pada 2013.”

Dalam pertumbuhan ekonomi ini, belanja rumah tangga akan memberikan kontribusi sekitar 2,6 – 2,9 persen dari pertumbuhan 2013. Lalu investasi memberikan kontribusi hanya sekitar 2,7 – 2,8 persen. Sementara itu, ekspor hanya menyumbang 0,0 – 0,2 persen.

“Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 akan mengandalkan kekuatan domestik. Dengan demikian total output perekonomian indonesia di tahun 2013 akan mencapai sekitar Rp 9.740 triliun (batas bawah), atau sekitar USD 1.041 miliar (dengan menggunakan asumsi nilai tukar Rp 9.350 per USD).”

Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya capai 6,8 persen di 2014


Tahun depan, Indonesia diperkirakan hanya akan mencapai pertumbuhan ekonomi 6,8 persen. Padahal, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 7-7,7 persen.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan pertumbuhan ekonomi tersebut sulit tercapai. Pasalnya, krisis dunia masih menghantui ekonomi Indonesia.

“Gak akan tercapai. Jadi pertumbuhan yang ada antara 6,3-6,8 persen di 2014,” ujar Agus dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Nasional di kantor Bappenas, Jakarta Senin (8/4).

Menurut Agus, penyebab tidak tercapainya pertumbuhan ekonomi disebabkan karena kondisi krisis dunia di 2013 yang belum pulih. Agus mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia masih berada di kisaran 3,5 persen.

“Kita meyakini kalau pertumbuhan ekonomi dunia di bawah empat persen itu secara umum masih krisis. Kemudian, kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi ASEAN+5 tahun 2013 itu juga masih diperkirakan akan lebih buruk dari 2012. Walaupun di dalam ASEAN masih ada yang tumbuh di atas Indonesia. Kita masih melihat krisis dunia masih berdampak,” tegas dia.

Namun, kata Agus, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbantu dengan adanya Pemilihan Umum (Pemilu) pada 2014 mendatang. “Dan 2014 Kita akan terbantu dengan adanya pemilu yang masih menjadi pendukung pertumbuhan ekonomi,” pungkas dia.

Sumber: Merdeka.com

Menuju Rekor Pertumbuhan


JAKARTA – Cuaca cerah terus memayungi perekonomian Indonesia. Tahun politik 2014 diproyeksi akan menjadi masa keemasan perekonomian Indonesia.

Country Director Asian Development Bank (ADB) untuk Indonesia Jon D. Linborg mengatakan, ADB memproyeksi perekonomian Indonesia tengah dalam tren positif dan akan menembus angka 6,6 persen pada 2014.

“Ini akan menjadi rekor pertumbuhan tertinggi dalam 15 tahun terakhir,” ujarnya saat paparan Asian Development Outlook 2013 di Jakarta kemarin (9/4).

Sebagai gambaran, perekonomian Indonesia sempat mencapai masa keemasan pada periode 1986 – 1996 dengan pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,4 – 9,1 persen dengan rata-rata pertumbuhan 7,7 persen. Rekor tertinggi dicapai pada 1991 ketika ekonomi Indonesia tumbuh 9,1 persen. Namun, ekonomi Indonesia kemudian hancur lebur dihantam badai krisis moneter 1997 – 1998.

Menurut Linborg, konsumsi rumah tangga masih akan menjadi motor utama perekonomian Indonesia. Karena itu, aktifitas pemilihan umum (Pemilu) akan menjadi momentum naiknya konsumsi.

Selain itu, kenaikan upah minimum dan gaji pegawai negeri sipil (PNS) juga akan menjadi faktor signifikan. “Peningkatan konsumsi akan mulai terjadi pada semester II 2013 dan terus naik di 2014,” katanya.

Lindborg menyebut, kuatnya konsumsi juga akan memancing investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sehingga, naiknya konsumsi akan diiringi dengan naiknya investasi. Dua motor inilah yang akan membawa ekonomi Indonesia terus melaju.

“Saat ini, Indonesia berada di jalur yang bagus untuk pertumbuhan jangka panjang,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Endy Dwi Tjahyono mengatakan, berdasar pengalaman Pemilu 2009, belanja Pemilu sudah mulai mengucur satu tahun menjelang Pemilu.

“Pada periode 2008 – 2009, aktifitas Pemilu mendorong pertumbuhan konsumsi hingga Rp 11 triliun. Untuk periode 2013 – 2014, pasti lebih (besar),” ujarnya.

Endy menyebut, seperti periode 2008 – 2009, kenaikan belanja terbesar akan terjadi pada sektor makanan dan minuman, maupun tekstil.

Menjelang Pemilu, persiapan stok makanan minuman untuk kampanye memang mulai disusun, termasuk belanja untuk produk tekstil seperti kaos, spanduk, bendera, dan lain-lain. “Dari mulai perusahaan besar sampai industri rumah tangga akan tumbuh,” ujarnya.

Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menambahkan, Pemilu memang selalu mendorong roda perekonomian berputar lebih kencang. Selain belanja partai politik, lanjut dia, belanja pemerintah pun biasanya akan lebih besar.

“Akan ada aspek stimulus dari pemerintah yang berpotensi menaikkan tingkat konsumsi,” katanya.

Namun, ekonom yang juga Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani mengatakan, pada periode Pemilu, potensi pertumbuhan ekonomi memang cukup tinggi.

Namun ada syaratnya, yaitu pelaksanaan Pemilu yang aman. “Jika terjadi gejolak pada saat Pemilu, misalnya kerusuhan massa, maka perekonomian justru akan terganggu,” ucapnya. (owi)